Terimakasih
Sempatkanlah untuk klik iklan, karena itu gratis...!

Konsumsi BBM PKS 75 Ton Menjadi Sorotan Dinas Perkebunan Kalteng

Konsumsi BBM PKS 75 Ton Menjadi Sorotan Dinas Perkebunan Kalteng
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalteng Rizky R Badjuri (berdiri) saat memaparkan materi.

MAHARATINEWS, Palangka Raya Kepala Dinas Perkebunan Kalimantan Tengah (Kalteng), Rizky R Badjuri, menyoroti rendahnya pengeluaran Bahan Bakar Minyak (BBM) di beberapa Pabrik Kelapa Sawit (PKS), meskipun memiliki kapasitas produksi besar.

Salah satu yang menjadi perhatiannya adalah pabrik dengan kapasitas 75 ton TBS per jam, yang hanya menghabiskan sekitar Rp321 juta per bulan untuk BBM jenis solar industri.

“Ini menjadi perhatian kita bersama. Kapasitas besar dengan konsumsi BBM yang terbilang rendah patut kita kaji lebih dalam. Apakah ini efisiensi atau justru ada potensi penyimpangan,” tegas Rizky saat rapat koordinasi optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor perkebunan di Aula Disbun Kalteng, Senin (16/6/2025) siang.

Ia menambahkan bahwa kejelasan transparansi penggunaan energi oleh perusahaan sangat berpengaruh terhadap kontribusi sektor ini terhadap PAD.

“Kita dorong agar data lapangan dan laporan perusahaan bisa lebih akurat dan bisa kita tindaklanjuti untuk kepentingan bersama,” lanjut Rizky.

Adapun perusahaan yang masuk sorotan diantaranya adalah PT. Karya Makmur  Bahagia dan Mustika Sembuluh (POM 1) yang hanya mencatat kebutuhan BBM sebesar Rp321.098.400 per bulan. Padahal kapasitas produksi keduanya mencapai 75 ton per jam, dengan pemakaian BBM sekitar 19.113 liter per bulan.

Selanjutnya adalah PT. Karya Luhur Sejati yang hanya mencatat kebutuhan BBM sebesar Rp371.058.400 per bulan. Padahal kapasitas produksinya mencapai 75 ton per jam, dengan pemakaian BBM sekitar 19.113 liter per bulan.

Menurut Rizky, data seperti ini penting untuk menganalisis kontribusi perusahaan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Kami ingin semua PBS beroperasi dengan transparansi dan turut memperkuat PAD provinsi,” ujarnya.

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kalteng, Herson B Aden, juga menegaskan bahwa pemerintah provinsi mendorong optimalisasi PAD dari sektor perkebunan secara terstruktur.

“Kita bukan ingin membatasi perusahaan, tapi mendorong agar kontribusinya proporsional dan tidak timpang,” kata Herson.

Dari data Disbun Kalteng, per 31 Desember 2024, tercatat 301 Perusahaan Besar Swasta (PBS) di sektor perkebunan dengan total luas 3.275.758,46 hektare. Namun hanya 210 PBS yang beroperasi aktif, dengan luas lahan sekitar 1.362.250,59 hektare. Sisanya, 99 PBS belum beroperasi meskipun telah mengantongi izin.

Sementara itu, dari 136 unit PKS yang ada, sebanyak 124 terintegrasi dengan kebun, dan 12 lainnya merupakan PKS non-kebun. Konsumsi BBM solar industri rata-rata berkisar antara 24.000 hingga 42.000 liter per bulan, dengan harga Rp16.800 per liter.

Rizky menyebut bahwa pengawasan dan validasi data konsumsi BBM menjadi kunci untuk memastikan efisiensi sekaligus akuntabilitas dalam operasional industri sawit.

“Kita akan terus melakukan verifikasi ke lapangan, apalagi jika angka konsumsi BBM tidak sebanding dengan kapasitas produksi,” tegasnya.

Pemerintah provinsi juga menyoroti kemitraan dengan masyarakat. Dari 210 PBS yang beroperasi, hanya 132 yang telah menjalankan pola kemitraan plasma. “Kita ingin seluruh PBS mewujudkan kewajibannya terhadap petani lokal,” tutup Herson.

Turut hadir dalam kegiatan Kepala BPS Kalimantan Tengah, Agnes Widiastuti dan Sekretaris GAPKI Kalimantan Tengah, Rawing, serta jajaran Dinas Perkebunan Kalimantan Tengah. (mnc-red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *